CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5, Hasrat-Bispak37 Ke-2  payudaraku pastilah sudah memulai dilihat oleh Wawan serta Suwito yang sekarang jadi menelan ludah. Saya selalu turunkan handuk ini sampai ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terpasang di depan mereka.

Wawan dan Suwito terus melotot melihati badanku, hingga mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya lebih bergairah memikat mereka, serta pada situasi telanjang bundar semacam ini, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya mengambil langkah mengarah almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seorang bentuk yang berjalan pada atas catwalk.

Saya ambil bra serta celana dalamku dari almari bajuku, berniat kupilih bra yang mempunyai ukuran paling kecil antara semuanya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya mengambil langkah ke situ dengan jenis seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya menyengaja berlambat pelan memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… marilah non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan serta Suwito di luar yang meminta memohon dengan paras cabul mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka mohon untuk dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang jelas saya tidak mungkin ingin meluluskan permintaan mereka.

Dan dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar ujaran mereka yang tidak sangat keras itu secara terang, namun barusan itu mereka beraga gak mendengarku. Karenanya saya menentukan untuk membuat mereka semakin haus serta lapar bakal badanku, toh saya aman aman saja dalam sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal menuju mereka berdua. Saya terus memakai celana dalamku, dan seperti barusan, saya berlambat pelan meningkatkan celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga kemudian celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seperti saya pengin mempertunjukkan badanku lebih terang dari mereka semua.  Seterusnya saya membawa ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seolah sedang menari.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam tirai jendela kamarku dan tutup sejumlah badanku dengan gordin itu, sekalian mengerling nakal ke mereka bertiga.

"Telah, saya pengen tidur!", saya bercakap dengan suara keras, lalu saya tutup korden jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengandaikan tidak tahu sekesal apa Wawan dan Suwito kini padaku. Kudengar dobrakan dobrakan kecil di jendela kamarku, namun saya pastinya gak pengen menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Pada saat saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak berulangkali, ternyata mereka udah terbakar gairah dan memaksakan masuk ke sini buat mendapatiku, mencabuliku serta melumat habis badanku.

Jantungku berdetak kuat, dan saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya akan aman dalam kamarku, mereka gak bakal berani melakukan hal lebih jauh seperti menggedor pintu kamarku ini. Sesudah rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memastikan untuk lekas tidur siang.

Saya tidak ingin tidur kelamaan, karenanya saya menyetel weker supaya berdering pada pukul lima sore kelak. Lantas dengan cuman kenakan bra serta celana dalam semacam ini, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha buat lekas tertidur. Andy selalu ada di hadapanku tiap saya pejamkan mataku. Kalaupun saya buka mataku, saya jadi ingin malam selekasnya datang dan mengayalkan begitu senangnya saya saat Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, serta entahlah berapakah lama lalu baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore waktu saya udah terjaga dari tidur siangku. Namun rasa penat serta pegal yang menganiaya badanku sepanjang tiga ini hari udah menyusut banyak. Serta saya udah tersenyum senyuman kembali sebab bayang-bayang Andy telah kembali isikan hatiku.

"Non… non…", kudengar suara Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku cemas.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, serta udara dingin AC kamarku langsung menimpa badanku yang cuma berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sebentar serta langsung lari ke dalam lemari bajuku, lalu saya selekasnya memakai busana rumah ala-ala kandungannya.

"Aduh… kritis deh…", saya meratap dengan khawatir.

Saya melihat dari balik gordin jendela kamarku, keliatannya Wawan dan Suwito sudah tak di muka jendela kamarku. Entahlah berada di mana mereka saat ini, gak boleh jangan mereka tengah nungguin saya di muka pintu kamarku.

Jadi dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuman dapat memandang Sulikah yang menantiku.

"Mbak, mesti saya ya yang tanda-tangan?", saya menanyakan dengan keinginan jawabnya tidak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya pengin membebaskan tukang surat itu pergi, tetapi saya gak mau selanjutnya saya jadi kian sibuk bila rupanya yang hendak diungkapkan tukang surat itu suatu hal yang perlu. Terpaksa sekali saya tempuh dampak ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan berharap harap kuatir saya melihat apa mereka berada pada kira-kira sini.

"Mbak, mereka berada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang lihat anak majikannya takut akan digagahi, bukanlah kasihan, malahan senyuman senyuman sesuai ini. Saya sedikit jengkel di Sulikah, namun saya tidak berbicara apa apa dan selekasnya turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku waktu saya udah ada dalam hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata pengantar itu sekalian berikan sebuah amplop padaku, yang nyatanya didalamnya Disc. Card dari restaurant pujaan Jenny, berikut dengan sebuah pertanda terima dan pulpen padaku.

"Oh ya, thanks pak", saya berucap suka serta menanda menangani pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan ria.

Mempunyai arti esok atau Senin saya dapat memperlihatkan pada Jenny serta Sherly, saya terlebih dulu yang mendapatkan Diskon Card ini. Serta saya akan membayari mereka berdua dari sana buat bikin mereka kian jengkel padaku :p

Namun jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya menyaksikan Suwito langsung memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelit cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan kuatir, mengharapkan saya sempat masuk ke kamarku dan menutup pintu.

"Tidak mesti lari non, sia-sia saja", sentil Suwito sembari ketawa, dan dia mulai menyebutrku, membuatku makin ketakutan dan saya terus lari menjurus tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram saat tau-tau Wawan tampak dari balik tangga, dan saya menghindari sebisaku di saat Wawan  ingin tangkapku.

Saya gak dapat ke tangga, pun tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, namun perlahan-lahan mereka jadi membuatku terdesak di sofa ruangan tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di area tamu ini, lalu saya punya tujuan larikan diri ke area keluarga.

Tetapi mereka bisa lebih cepat menghambatku, dan selalu menyekapku sampai saya kembali tertekan, terkepung di grandfather clock yang terpasang di tempat tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat serta siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah serta main main sama kami", Suwito menambah sembari tersenyum asusila.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

Jantungku berdetak bertambah cepat. Saya tahu saya jangan hingga sampai ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang nyata kedepannya akan tambah lagi dengan pak Bijakin, pasti mencabuliku hingga sampai mereka senang merampungkan sakit hati birahi mereka padaku.

"Ko… kok udah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu pokok ruangan keluarga yang tampak disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat menuju pintu, pastinya mereka terperanjat 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan saat ini langsung kugunakan untuk larikan diri ketujuan area keluarga, dan saya lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang setelah itu langsung menyebutrku.

"Gak boleh lari non!", hebat Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari secepat-cepatnya tuju tangga, serta nampaknya saya benar-benar lebih bisa cepat pada mereka. Saya lagi ke arah ke kamarku, serta saya sukses mengamankan pintu kamarku pas saat sebelum handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya akan lepas. Nyata Wawan serta Suwito tengah usaha buka pintu kamarku. Tetapi saya pun sadar bila saya udah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat bebas dari 2 maniak itu. Bukan saya tidak pengen layani mereka, saya cuma ingin simpan tenagaku ini hari, sangat tidaklah sampai saya tuntas telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat karena baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku pula sedikit tidak teratur serta badanku sedikit gemetaran, namun saat ini semuanya sudah aman. Dan saya berpikiran kalau rendam di air hangat barangkali dapat turunkan kegentinganku.

Karena itu saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Tidak lupa saya membawaserta handuk yang terkait di muka wastafel, serta saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan waktu saya memandang pak Bijakin yang ada di kamar mandiku, tidak tahu sejak mulai kapan dia ada dalam sini.

Lembar untuk lembar baju yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat saya mundur mundur sembari menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijakin mulai dekatiku.

"Pak… tak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun keadaan ini tetap sama, pak Bijaksanain selalu dekatiku.

Saya makin was-was, tidak tahu mesti lari ke mana. Tetapi saya tetap punya keinginan. Asal saya dapat mempermainkan pak Berbudiin sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini serta menutup pintunya, kemungkinan saya tetap bisa selamat, sekurangnya untuk sesaat.

"Pak… ya sudah Eliza pengin sama pak Bijaksanain saja, namun tak boleh panggil yang lain ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja serta sekarang saya justru merapat menjurus pak Bijaksanain.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku waktu pak Berbudiin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini malahan buka korden kamarku yang benar ada di dekatnya.

Saya telah putus harapan, impianku sirna sekali-kali di saat saya lihat kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Berbudiin, lantaran itu mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan dan Suwito.

Saya mustahil punyai cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, karena pada saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijakin tentu sudah menangkapku.

"Saya sich puas senang saja non bila dapat ngeseks sama non sendirian, hanya saya gak sedap sama Wawan dan Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan karena mereka pun", kata pak Berbudiin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya sangat jengkel dengar kata-kata pak Berbudiin, yang benar-benar betul itu. Jika dahulu Wawan serta Suwito tak mulai kekurang tuntunan mereka padaku, belumlah tentu pak Berbudiin dapat turut nikmati badanku dengan mereka.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

Lebih kembali, belumlah tentu saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri sejak mulai tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tiada waktu untukku untuk mengenang waktu saat lalu.  Saya sadar waktu ini pak Bijaksanain udah dekat sekali, dan saya sempat mengelak ke belakang buat menghindari di saat pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya nyata-nyata berasa bakal digagahi.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek tidak, saiki kene lak ngaplo maneh? Namun saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes gak buko. Wedine non Eliza mlebu lan sembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijakin ke bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Berbudiin selalu dekatiku.

Buat yang gak mengetahui perbincangan mereka yang memanfaatkan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Bijaksanain ada pada dalam kamarku, serta memerintah pak Berbudiin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Berbudiin menyepakati kalaupun dia berada di dalam sini, sekalian menyenangkan diri karena dia barusan menanti di kamar mandiku. Jika tidak, waktu ini semua tentu kembali tidak bekerja. Namun pak Berbudiin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya telah dibuka olehnya, lantaran pak Bijakin khawatir saya bakal masuk serta sembunyi di kamar mandiku saat dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Tidak hanya itu pak Berbudiin  minta Suwito untuk tunggu di muka pintu kamarku, sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dirinya. Dengan demikian saya tidak mungkin dapat larikan diri melalui mana pun, lantaran semua jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Betul-betul edan, pak Berbudiin hingga udah bikin trick seperti berikut untuk tangkapku, serta betul-betul mereka sukses membuatku terkepung dalam kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat pikirkan soal ini, yang terang saat ini saya telah tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, dan saya tinggal tunggu waktu sebelumnya badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… gak boleh paak…", saya menjerit waktu ke-2  tanganku udah ketangkap pak Bijakin yang tiba-tiba membekukku, dan saya sekali-kali tidak sempat mengelit sebab semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, namun seluruhnya sia-sia saja. Apalah makna tenagaku, orang gadis yang imut bila ketimbang dengan pak Berbudiin yang miliki tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengamankannya. Gordin itu pula ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang tampak begitu suka dengan sukses taktik pak Bijakin.

Lalu Wawan melangkah menjurus pintu kamarku, sembari menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama-sama tos dengan bergairah, membuatku kian lemas memandang ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah sudah ke-3  pejantan yang akan selekasnya melumat badanku untuk melepaskan sakit hati mereka padaku. Tidak tahu mereka bakal membabatku semacam apa, saya gak berani mengandaikan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta pada saat Wawan dan Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Kendati pun sebetulnya mereka berkali-kali nikmati badanku, tetap juga sekarang saya menciut takut memandang tatapan mereka yang seperti pengin menelanku bundar bulat.

Saya terus coba membebaskan ke-2  tanganku dari genggaman tangan pak Berbudiin.

"Jangan… gak boleh sekarang… esok saja… tak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas telah melumat bibirku.

Saat lagi saya mengesah rintih hingga akhirnya megap megap karena kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS KENAKALAN NON ELIZA SEMOK PART5

Saya tidak lihat siapakah yang mengerjakannya, tetapi dengan pak Bijaksanain yang mencekram ke-2  tanganku dan Suwito yang terus memagut bibirku, saya tahu aktornya tentu Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, dan seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh gairah.

Saya mulai melemas, serta waktu pak Bijaksanain melepas cengkamannya pada tangan kananku, saya telah sangat rusuh untuk memakai tangan kananku tidak tahu untuk memajukan Suwito masih yang repot melumat bibirku, atau Wawan yang memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga pada tangan kananku ini rasanya lesap tidak tahu ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta dan merengek-rengek waktu Suwito melepas pagutannya pada bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, serta dia bersama pak Bijakin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal memakai bra yang warna putih ini, serta saya tahu tidak lama lagi pembantaian pada diriku bakal lekas mulai.

Pak Berbudiin dan Suwito yang berdiri di sebelah kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama